Bucin, Hubungan Toxic? Seminar Cinta punya Jawabannya

Seminar nasional (Semnas) ini merupakan acara tahunan yang di adakan oleh HMJ Psikologi Unesa, namun pada periode ini mengangkat suatu tema yang berbeda dari sebelumnya yakni "How to Deal with Toxic Relationship", namun semnas ini disingkat dengan Semnas Cinta. Penyampaian materi dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama adalah materi mengenai Positive Relationship yang disampaikan oleh Dr. Nurlaila Effendy sebagai Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia. Materi kedua yaitu materi inti mengenai How To Deal With Toxic Relationship yang disampaikan oleh Relationship Coach sekaligus Founder & CEO kelascinta.com yaitu Kei Savourie. Semnas Cinta dilaksanakan pada 21 September 2019 bertempat di Auditorium E1 lantai 3 Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya pukul 07.30-12.30 WIB.
Semnas Cinta ini memiliki tujuan untuk memberikan edukasi mengenai permasalahan hubungan khususnya hubungan asmara yang dekat dengan usia remaja dan dewasa awal serta menciptakan hubungan percintaan generasi muda yang sehat dan positif, mampu mengidentifikasi hubungan toxic serta memperoleh rekomendasi untuk keluar dari toxic relationship. Peserta Semnas Cinta mencapai 350 peserta dari target 200 peserta. Pemateri menyampaikan materi dengan bahasa yang santai sehingga mudah diterima oleh peserta.
Adapun sambutan dalam kegiatan ini disampaikan oleh ketua pelaksana yaitu Mahendra Aditya Wardana mahasiswa Psikologi angkatan 2018 sekaligus pengurus HMJ Psikologi 2019 divisi Ekonomi dan Bisnis, dilanjutkan sambutan oleh I Gusti Ayu Agung Istri Risna Prajna Devi mahasiswi Psikologi angkatan 2017 selaku Ketua HMJ Psikologi 2019, dan terakhir ialah sambutan sekaligus membuka acara dari Ibu Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku Ketua Jurusan Psikologi. Beberapa kutipan menarik dalam sambutan yang disampaikan saat seminar adalah “Seperti kalimat utama dalam seminar ini yaitu kalau terlalu banyak air mata daripada suka cita, terlalu banyak kecewa daripada bahagia, lalu buat apa?”, ungkap Mahendra. Lain halnya dengan Risna yang menilik pada fenomena bucin melalui kalimat “Sayangnya, fenomena saat ini banyak yang salah mewujudkan rasa cinta itu atau yang disebut dengan bucin. Cinta jadi memiliki konotasi mengekang, membatasi, memghambat, dan sebagainya. Sebenarnya, bucin ialah hak segala bangsa namun perlu kita ingat juga bahwa segala penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, termasuk penjajahan atas nama cinta.” Sedangkan Ibu Dr. Diana Rahmasari melihat dari sudut pandang relationship itu sendiri dengan pernyataan “Relationship sebenarnya luas tidak hanya untuk lawan jenis namun juga ke teman, keluarga, sehingga dari seminar ini diharapkan kita tidak menjadi toxic disaat berhubungan dengan orang lain.”
Semnas Cinta ditutup dengan pembagian souvenir berupa buku dari Kelas Cinta kepada para penanya serta pembagian sertifikat bagi seluruh peserta. Beberapa komentar menarik diunggah oleh para peserta dengan menandai akun Instagram @psikologiunesa. Rata-rata berkomentar perihal stiker yang diperoleh yang berisi kalimat “kalau terlalu banyak air mata daripada suka cita, terlalu banyak kecewa daripada bahagia, lalu buat apa?”, peserta mengungkapkan seperti ‘ditampar’ karena ternyata beberapa peserta terjebak dalam kategori toxic relationship. Semoga Semnas Cinta perdana ini dapat memberikan dampak yang positif bagi seluruh peserta. (Risna)
Share It On: